Penghasilan Pasif (Passive Income) untuk Kebebasan Finansial
Motivasi Mendapatkan Penghasilan
Segala perbuatan yang kita lakukan ditentukan oleh niat,
agama pun mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung niatnya. Niat dapat
diartikan sebagai motivasi, yakni keadaan dalam diri kita yang menyebabkan kita
bertingkah laku tertentu untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu.
Motivasi merupakan gabungan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang
mengarahkan kita untuk bertingkah laku tertentu, termasuk dalam belajar dan
berbisnis
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang menyebabkan
seseorang bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari, motivasi berbentuk niat untuk melakukan sesuatu, alasan
untuk mencapai tujuan, dan dasar pemikiran untuk melakukan sesuatu. Salah satu
pendapat yang sangat populer untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi adalah :
- Motivasi untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), yakni kebutuhan untuk merealisasikan keinginan, dan kemampuannya.
- Motivasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan.
- Motivasi untuk mendapatkan rasa aman (safety needs), yaitu mendapatkan keamanan jiwa dan raga, termasuk keamanan dalam memenuhi kebutuhan fisiologisnya
- Motivasi untuk memenuhi kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan untuk turut serta dalam kelompoknya, bergaul dan diterima orang lain.
- Motivasi untuk memenuhi kebutuhan penghargaan (esteem needs), yakni kebutuhan untuk mendapatkan prestise, pujian, atau pengakuan dari orang lain.
Motivasi yang kita miliki tersusun secara bertingkat
membentuk sebuah piramida kebutuhan. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan
paling mendasar, kemudian disusul kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, yakni
kebutuhan rasa aman, sosial, penghargaan dan yang paling tinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri.
Setelah kebutuhan satu terpenuhi akan menyusul kebutuhan
berikutnya yang menuntut untuk segera dipenuhi, demikian seterusnya menuju
tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan yang telah terpenuhi akan
berkurang daya dorongnya dan membutuhkan daya dorong lain berupa kebutuhan yang
lebih tinggi, namun demikian ada motivasi yang paling dominant pada setiap
manusia,yakni motivasi mendapatkan rasa aman.
Motivasi untuk mendapatkan rasa aman merupakan motivasi yang
dominan pada setiap manusia, termasuk keamanan finansial. Untuk mencapai
keamanan finansial, kita berusaha mendapatkan penghasilan dengan cara :
- Menjadi pekerja (employee), yaitu seseorang yang bekerja pada seseorang (majikan), kantor pemerintahan, atau sebuah perusahaan.
- Menjadi pekerja lepas (self employed) yang menjadi boss bagi dirinya sendiri, seperti seorang profesional (dokter, pengacara, konsultan, dsb) atau pekerja lepas lainnya yang menjajakan suatu barang atau menjual jasa kepada pihak lain.
- Menjadi pemilik usaha (business owner), yaitu seseorang yang menciptakan sebuah usaha, mempekerjakan orang untuk bekerja dan mengendalikan sistem usaha yang diciptakannya itu.
- Menjadi investor (investors) yang menghasilkan uang dengan menanamkan sejumlah aset untuk mendapatkan penghasilan di masa yang akan dating, misalnya dengan menabung atau mendepositokan uang, membeli saham atau valas, membeli barang-barang yang disewakan, dan sebagainya.
Menjadi apa pun diri kita, cara mana pun yang dipilih, salah
satu cara atau gabungan beberapa cara, kita harus melakukannya dengan motivasi
tertentu. Motivasi yang kita miliki dalam mencari penghasilan umumnya mencari
uang atau untung sebanyak-banyaknya agar tercapai keamanan finansialnya. Sudah
tepatkah motivasi tersebut?
Menjadi apa pun diri kita, cara mana pun yang dipilih, salah
satu cara atau gabungan beberapa cara, kita harus melakukannya dengan motivasi
tertentu. Motivasi yang kita miliki dalam mencari penghasilan umumnya mencari
uang atau untung sebanyak-banyaknya agar tercapai keamanan finansialnya.
Saya mempunyai motivasi mendapatkan penghasilan dengan
menjadi dosen di sebuah universitas (menjadi employee) kemudian menjadi
intruktur sesuai permintaan dari luar (menjadi self employed). Saat ini
saya berusaha meningkatkan motivasi saya untuk mendapatkan kebebasan finansial
(financial freedom) melalui penghasilan pasif (passive income)
dengan merintis menjadi pemilik usaha dan investor.
Keamanan Finansial Seorang Pekerja
Motivasi untuk mendapatkan rasa aman merupakan motivasi yang
dominan pada setiap manusia, termasuk keamanan finansial. Untuk mencapai
keamanan finansial, kita berusaha mendapatkan penghasilan dengan menjadi
seorang pekerja (employee)
Menjadi seorang pekerja artinya bekerja pada pihak lain.
Bekerja di kantor pemerintahan sebagai pegawai negeri bagi sebagian orang
adalah prioritas untuk mendapatkan penghasilan yang aman. Perusahaan swasta,
terutama perusahaan yang bonafid, juga menjadi tujuan utama kita yang ingin
menjadi seorang pekerja. Ada juga orang yang berusaha mendapatkan
penghasilan dengan bekerja pada perorangan atau mencari penghasilan dari
seorang majikan
Mencari penghasilan sebagai seorang pekerja pada umumnya
didasari niat untuk mencapai keamanan finansial dengan mencari uang
sebanyak-banyaknya. Para pekerja tidak menyadari bahwa uang yang diterima oleh
seorang pekerja sudah disesuaikan dengan jasa yang diberikannya. Banyak pekerja
yang menerima kurang dari yang semestinya dan sedikit sekali yang mendapatkan
imbalan di atas ketentuan.
Para pekerja tidak menyadari bahwa uang yang diterima dalam
bentuk gaji dan tunjangan-tunjangan sudah dipotong dulu oleh berbagai hal.
Pastinya adalah potogan pajak penghasilan sebesar 15%, lalu potongan dana
pensiun, potongan premi asuransi kesehatan, potongan iuran koperasi, potongan
pinjaman, potongan karena mangkir kerja dan sebagainya.
Seorang pekerja akan bekerja keras untuk mendapat
penghasilan dan menopang kebutuhan-kebutuhan hidup. Tidak jarang, sebagai
seorang pekerja juga berusaha mencari pekerjaan sambilan atau pekerjaan kedua
sebagai pekerja paruh waktu (part time) di tempat lain untuk menambah
penghasilan. Mereka melakukannya demi untuk mencapai keamanan finansial.
Seorang pekerja berusaha melakukan pekerjaannya
sebaik-sebaiknya sehingga menjadi pekerja yang berprestasi dan kariernya dapat
terus menanjak. Mereka mengejar penghasilan yang besar dengan mengejar karier.
Mereka tidak menyadari bahwa, seiring dengan meningkatnya penghasilan,
meningkat pula pengeluarannya, baik untuk ongkos mendapatkan penghasilan
tersebut ataupun untuk memperbaiki keadaan.
Seorang pekerja yang sudah meningkat penghasilannya
menganggap wajar jika ingin membuat keadaan menjadi lebih baik dan lebih
nyaman. Tindakan ini bisa mengakibatkan meningkatnya jumlah pengeluaran dan
mudah terjebak dalam pesona utang dan kalau sudah terjebak utang, orang semakin
terikat dengan uang.
Sebagai seorang pekerja, kita sangat mengandalkan waktu dan
tenaga yang kita miliki untuk mendapatkan penghasilan. Jika kita sakit dalam
waktu yang relatif lama atau kita telah memasuki masa pensiun, maka waktu dan
tenaga yang kita berikan untuk bekerja juga berkurang dan penghasilan kita
dengan sendirinya tentu akan berkurang pula. Kita mungkin tidak akan
mendapatkan penghasilan lagi ketika terkena PHK atau tempat kerja kita
mengalami kebangkrutan.
Mungkin kita merasa yakin dapat menghadapi semua itu dengan
uang simpanan yang diperoleh selama ini. Untuk berapa lama kita dapat bertahan
dengan uang simpanan? Pada suatu saat uang simpanan kita akan semakin berkurang
dan akhirnya akan habis. Berkurang dan habis bukan hanya karena digunakan, tapi
karena nilai uang yang disimpan juga semakin menurun akibat tingkat inflasi
yang lebih besar dibanding dengan bunga simpanan yang diperoleh. Semakin jelas
sekarang, bahwa menjadi pekerja kita tidak dapat mencapai keamanan finansial
seperti yang didambakan.
Penyebab utama seorang pekerja dalam kondisi yang tidak aman
secara finansial adalah karena motivasi bekerjanya semata-mata demi uang. Orang
yang motivasi bekerjanya demi uang justru akan memperoleh rasa takut. Orang
yang bekerja demi uang akan terikat dengan uang, menjadi takut tidak punya uang
dan rela menjadi budak uang. Orang yang bekerja demi uang akan dihantui
ketakutan, takut gajinya tidak cukup, takut penghasilannya berkurang, takut
pendapatannya terhenti, dan bentuk-bentuk ketakutan lainnya.
Ketakutan yang diakibatkan oleh ketergantungannya terhadap
uang akan menjadikan dirinya mau melakukan apa saja demi mendapatkan uang,
bahkan kalau perlu mendapatkannya dengan cara-cara yang batil. Orang yang
menyatakan bahwa dirinya tidak tertarik dengan uang lebih buruk daripada orang
yang terikat dengan uang. Orang yang demikian itu, dalam kenyataannya harus
bekerja keras selama 8 jam sehari bahkan lebih untuk sekedar mendapatkan uang.
Keamanan Finansial Pekerja Lepas (Self-Employed)
Bagi kita yang tidak mau bekerja di kantor pemerintah,
perusahaan swasta atau bekerja pada seorang majikan, pilihannya adalah menjadi
seorang pekerja lepas (self employed). Seorang pekerja lepas adalah
orang yang bekerja untuk dirinya sendiri atau menjadi boss bagi diri
sendiri. Seorang profesional (dokter, fisioterafis, pengacara, konsultan, dsb),
pedagang, penjual barang, penjual jasa, konsultan, perantara dan sebagainya
adalah pekerja lepas.
Kalau kita ahli pada suatu bidang, misalnya ahli di bidang
akuntansi, biasanya kita akan diminta jasanya untuk menangani pekerjaan
akuntansi di suatu tempat di luar tempat kerjanya. Mungkin di waktu yang lain,
kita sendiri yang akan menawarkan jasa kepada pihak lain demi mendapatkan
penghasilan. Pada tahap ini, kita telah memposisikan dirinya sebagai seorang
pekerja lepas (self employed).
Sebagai seorang pekerja, kita juga dapat melakukan pekerjaan
sambilan dengan menjajakan sebuah barang atau menawarkan sebuah jasa di
sela-sela pekerjaan kita. Aktivitas seperti ini bisa jadi niatnya adalah untuk
mendapatkan penghasilan sebagai pekerja sekaligus sebagai pekerja lepas.
Mungkin saja setelah merasakan nikmatnya mendapat penghasilan dengan menjajakan
barang, menjual jasa, atau merasa sudah waktunya untuk melepas kedudukannya
sebagai pekerja dan kita akan sepenuhnya beralih menjadi pekerja lepas.
Seorang pekerja lepas akan bekerja untuk diri sendiri dan
biasanya berusaha mendapatkan penghasilan dari seseorang, kantor pemerintahan
atau perusahaan yang mendatangkan penghasilan besar bagi dirinya. Dia
melakukan pekerjaan mandiri ataupun berhubungan dengan pihak lain adalah dalam
rangka menjual produk atau menjual sebuah jasa.
Kita bisa saja mempunyai niat menjadi pekerja lepas tanpa
terlebih dahulu melalui proses sebagai seorang pekerja. Untuk itu, biasanya
kita akan memilih program pendidikan yang lulusannya dapat bekerja secara
mandiri, seperti program studi kedokteran, fisioterapi, ilmu hukum, ilmu
computer dan sebagainya. Dengan bekerja sebagai seorang profesional, menjadi
dokter, fisioterafis, konsultan hukum, ahli reparasi komputer, dan sebagainya
diharapkan dapat mencapai keamanan finansial.
Ada juga orang yang sejak semula berniat menjadi pemilik
usaha, namun apa yang dilakukan sama dengan apa yang dilakukan pekerja lepas,
yakni menjajakan suatu barang atau menjual jasa kepada seseorang, kantor
pemerintahan atau perusahaan. Pada saat merintis usaha, kita mungkin akan
bekerja di perusahaan kita sendiri, menjadi pemilik usaha sekaligus menjadi
pekerjanya, namun perilakuknya tidak lebih seperti pekerja lepas yang niatnya
sekedar untuk mencapai keamanan finansial.
Sebagai seorang pekerja lepas (self employed), kita
juga sangat mengandalkan waktu dan tenaga untuk mendapatkan penghasilan. Ada
waktu maka ada penghasilan. Penghasilan yang diperoleh sering berjumlah besar,
tetapi tidak rutin bahkan kadang-kadang tidak mendapatkan penghasilan dalam
jangka waktu yang relatif lama. Dalam kondisi seperti ini, maka seorang pekerja
lepas sangat mengandalkan perolehannya yang besar di waktu yang lalu.
Ketika usia sudah menanjak dan kemampuannya semakin menurun,
penghasilan seorang pekerja lepas pun semakin menurun pula. Ada usaha maka ada
penghasilan. Ketika berhenti bekerja, seorang pekerja lepas tidak akan
mendapatkan penghasilan lagi dan tidak menerima pensiun sebagaimana yang
diperoleh seorang pekerja.
Seorang pekerja lepas mungkin berusaha melakukan pekerjaannya
sebaik-sebaiknya untuk mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya ketika
mempunyai kesempatan. Mereka tidak menyadari bahwa, seiring dengan meningkatnya
penghasilan yang diperoleh, biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan tersebut juga meningkat.
Penghasilan yang besar tidak membuat seseorang menjadi kaya,
karena ketika mendapatkannya masih dikenai berbagai pajak, demikian pula ketika
uang itu dibelanjakan. Ketika dibelanjakan uang kita masih mendapat
potongan-potongan lagi dalam bentuk pajak pembelian, bunga, denda dan
sebagainya. Ketika mendapat kenaikan penghasilan, harga-harga barang pun sudah
lebih dahulu merangkak naik dengan kenaikan yang melebihi tingkat kenaikan
penghasilan tersebut
Seorang pekerja lepas yang sudah meningkat
penghasilannya dan mendapatkan penghasilan yang besar biasanya akan berusaha
memperbaiki keadaan dengan memiliki rumah yang lebih besar atau kendaraan yang
lebih mewah. Tindakan ini bisa mengakibatkan keinginannya untuk memiliki uang
semakin meningkat, karena merasakan nikmatnya banyak memiliki uang.
Orang yang merasakan nikmatnya banyak uang akan menjadi
tamak dan menginginkan semakin banyak memiliki uang akan rela melakukan
pekerjaan apapun demi mendapatkan uang lebih banyak lagi. Dia rela bekerja
lebih keras dan semakin keras, bahkan bekerja dengan cara-cara yang semakin
tidak mengindahkan nilai-nilai kebenaran.
Perubahan Pola Pikir Pekerja dan Pekerja Lepas
Seorang pekerja tidak akan mendapatkan keamanan finansial
sebagaimana yang didambakannya. Penyebab utama seorang pekerja berada dalam
keadaan seperti itu adalah karena motivasi bekerjanya semata-mata demi uang.
Seharusnya, seorang pekerja harus mempunyai niat agar
bekerja untuk belajar bukan untuk mencari uang, karena setiap pekerja pasti
akan menerima penghasilan. Bekerja tidak akan membuat pekerja banyak uang,
karena uang yang diterima oleh pekerja sesuai dengan jasa yang diberikan oleh
tempatnya bekerja. Diantara mereka bahkan banyak yang menerima pengahsilan
kurang dari yang semestinya dan sedikit sekali yang menerima penghasilan di
atas ketentuan perusahaan.
Bekerja tidak membuat seseorang menjadi kaya, karena uang
yang kita terima dalam bentuk gaji dan tunjangan-tunjangan sudah dipotong dulu
oleh berbagai hal. Potongan yang pasti dialami oleh seorang pekerja adalah
pajak penghasilan 15%. Potongan lainnya adalah potongan dana pensiun, potongan
premi asuransi kesehatan, potongan iuran, potongan pinjaman, potongan karena
mangkir kerja, dan entah potongan-potongan apa lagi.
Orang yang bekerja untuk uang akan terus menerus dihantui
ketakutan, takut gajinya tidak cukup, takut gajinya berkurang, takut gajinya
berhenti. Ketakutan semacam ini menyebabkan seseorang terikat dengan uang,
takut tidak punya uang dan rela menjadi budak uang dan mau melakukan apa saja
demi uang bahkan kalau perlu mendapatkannya dengan cara-cara yang batil. Orang
yang mengaku tidak tertarik terhadap uang lebih buruk daripada orang yang terikat
uang, karena dalam kenyataannya harus bekerja keras selama 8 jam sehari untuk
mendapatkan uang
Seorang pekerja lepas juga tidak akan mendapatkan keamanan
finansial, karena motivasinya dalam bekerja adalah demi uang. Menjadi
profesional, penjaja barang, penjual jasa atau menjadi pekerja lepas lainnya
memungkinkan kita dapat memperoleh penghasilan yang besar, namun ini pun tidak
dapat menjamin keamanan finansial bagi dirinya.
Seorang pekerja lepas seringkali mendapatkan penghasilan
yang besar, namun hal ini tidak membuat dia menjadi kaya, karena ketika
mendapatkan atau membelajakannya, uang kita masih mendapat potongan-potongan
dalam bentuk pajak penghasilan, pajak pembelian, bunga, denda dan sebagainya.
Ketika mendapat kenaikan penghasilan, harga-harga barang pun sudah lebih dahulu
merangkak naik dengan kenaikan yang melebihi tingkat kenaikan penghasilan
tersebut
Penghasilan besar tidak membuat seorang pekerja lepas
menjadi kaya, karena seiring dengan peningkatan penghasilannya akan semakin
meningkat pula pengeluarannya. Seorang pekerja lepas yang semakin meningkat
penghasilan akan menganggap wajar kalau ingin berbuat lebih baik, lebih nyaman,
kalau perlu menggunakan utang untuk memenuhinya. Kalau sudah terterjebak utang,
orang harus semakin bekerja keras, semakin terpacu mengejar uang karena
merasakan nikmatnya mempunyai banyak uangn.
Orang yang merasakan nikmatnya banyak uang akan menjadi
tamak dan menginginkan semakin banyak memiliki uang. Untuk mendapatkan uang
lebih banyak seseorang rela melakukan apa pun, rela bekerja lebih keras,
semakin keras bahkan dengan cara-cara yang semakin tidak mengindahkan
nilai-nilai kebenaran.
Kenyataan-kenyataan di atas mengharuskan kita untuk mengubah
pola pikir yang dimiliki oleh kebanyakan para pekerja dan pekerja lepas. Kita
jangan bekerja semata-mata untuk untuk mendapatkan uang sehingga menjadi
terikat terhadap uang atau tamak akan uang, tetapi bekerjalah untuk belajar
cara menguasai uang. Belajar cara menguasai uang akan membebaskan kita dari
rasa takut dan tamak akan uang, tidak menjadi budak uang bahkan bisa menjadi
tuan atas uang yang dimilikinya.
Banyak hal yang dapat dipelajari oleh seorang pekerja dan
pekerja lepas dari sebuah pekerjaan untuk menguasai uang dan menjadi tuan uang.
Bekerja adalah untuk belajar dengan mempelajari cara-cara yang dilakukan oleh
orang-orang sukses dalam menghasilkan pemasukan, mengatur pengeluaran,
mengelola utang (liabilitas) dan membesarkan harta (aset) yang dimilikinya.
Bekerja untuk uang menjadikan seorang pekerja dan pekerja
lepas tergantung pada uang dan merasa ketakutan kekurangan uang. Bekerja untuk
uang membuat seseorang merasakan nikmatnya memiliki uang dan menjadikan dirinya
seorang yag tamak. Pola pikir pekerja dan pekerja lepas yang bekerja untuk uang
harus dirubah agar seorang pekerja dan pekerja lepas tidak menjadi budak uang
dan dapat menjadi tuan uang.
Seorang pekerja tidak akan mendapatkan keamanan finansial
sebagaimana yang didambakannya. Penyebab utama seorang pekerja berada dalam
keadaan seperti itu adalah karena motivasi bekerjanya semata-mata demi uang.
Seharusnya, seorang pekerja harus mempunyai niat agar
bekerja untuk belajar bukan untuk mencari uang, karena setiap pekerja pasti
akan menerima penghasilan. Bekerja tidak akan membuat pekerja banyak uang,
karena uang yang diterima oleh pekerja sesuai dengan jasa yang diberikan oleh
tempatnya bekerja. Diantara mereka bahkan banyak yang menerima pengahsilan
kurang dari yang semestinya dan sedikit sekali yang menerima penghasilan di
atas ketentuan perusahaan.
.
Bekerja tidak membuat seseorang menjadi kaya, karena uang
yang kita terima dalam bentuk gaji dan tunjangan-tunjangan sudah dipotong dulu
oleh berbagai hal. Potongan yang pasti dialami oleh seorang pekerja adalah
pajak penghasilan 15%. Potongan lainnya adalah potongan dana pensiun, potongan
premi asuransi kesehatan, potongan iuran, potongan pinjaman, potongan karena
mangkir kerja, dan entah potongan-potongan apa lagi.
Orang yang bekerja untuk uang akan terus menerus dihantui ketakutan,
takut gajinya tidak cukup, takut gajinya berkurang, takut gajinya berhenti.
Ketakutan semacam ini menyebabkan seseorang terikat dengan uang, takut tidak
punya uang dan rela menjadi budak uang dan mau melakukan apa saja demi uang
bahkan kalau perlu mendapatkannya dengan cara-cara yang batil. Orang yang
mengaku tidak tertarik terhadap uang lebih buruk daripada orang yang terikat
uang, karena dalam kenyataannya harus bekerja keras selama 8 jam sehari untuk
mendapatkan uang
Seorang pekerja lepas juga tidak akan mendapatkan keamanan
finansial, karena motivasinya dalam bekerja adalah demi uang. Menjadi
profesional, penjaja barang, penjual jasa atau menjadi pekerja lepas lainnya
memungkinkan kita dapat memperoleh penghasilan yang besar, namun ini pun tidak
dapat menjamin keamanan finansial bagi dirinya.
Seorang pekerja lepas seringkali mendapatkan penghasilan
yang besar, namun hal ini tidak membuat dia menjadi kaya, karena ketika
mendapatkan atau membelajakannya, uang kita masih mendapat potongan-potongan
dalam bentuk pajak penghasilan, pajak pembelian, bunga, denda dan sebagainya.
Ketika mendapat kenaikan penghasilan, harga-harga barang pun sudah lebih dahulu
merangkak naik dengan kenaikan yang melebihi tingkat kenaikan penghasilan
tersebut
Penghasilan besar tidak membuat seorang pekerja lepas
menjadi kaya, karena seiring dengan peningkatan penghasilannya akan semakin
meningkat pula pengeluarannya. Seorang pekerja lepas yang semakin meningkat
penghasilan akan menganggap wajar kalau ingin berbuat lebih baik, lebih nyaman,
kalau perlu menggunakan utang untuk memenuhinya. Kalau sudah terterjebak utang,
orang harus semakin bekerja keras, semakin terpacu mengejar uang karena
merasakan nikmatnya mempunyai banyak uangn.
Orang yang merasakan nikmatnya banyak uang akan menjadi
tamak dan menginginkan semakin banyak memiliki uang. Untuk mendapatkan uang
lebih banyak seseorang rela melakukan apa pun, rela bekerja lebih keras,
semakin keras bahkan dengan cara-cara yang semakin tidak mengindahkan
nilai-nilai kebenaran.
Kenyataan-kenyataan di atas mengharuskan kita untuk mengubah
pola pikir yang dimiliki oleh kebanyakan para pekerja dan pekerja lepas. Kita
jangan bekerja semata-mata untuk untuk mendapatkan uang sehingga menjadi
terikat terhadap uang atau tamak akan uang, tetapi bekerjalah untuk belajar
cara menguasai uang. Belajar cara menguasai uang akan membebaskan kita dari
rasa takut dan tamak akan uang, tidak menjadi budak uang bahkan bisa menjadi
tuan atas uang yang dimilikinya.
Banyak hal yang dapat dipelajari oleh seorang pekerja dan
pekerja lepas dari sebuah pekerjaan untuk menguasai uang dan menjadi tuan uang.
Bekerja adalah untuk belajar dengan mempelajari cara-cara yang dilakukan oleh
orang-orang sukses dalam menghasilkan pemasukan, mengatur pengeluaran, mengelola
utang (liabilitas) dan membesarkan harta (aset) yang dimilikinya.
Menetapkan Tujuan yang SMART
Ketika seorang pekerja atau pekerja
lepas sudah berhasil mengubah pola pikir dalam bekerja, maka mantapkanlah niat
bahwa bekerja bukan semata-mata untuk mendapatkan uang namun bekerja adalah
belajar cara menguasai uang. Sebelum jauh melangkah, alangkah lebih
bijaksananya kalau kita tetapkan dulu tujuan kita ke depan, terutama tujuan
finansial kita. Untuk membuat tujuan finansial yang tepat, maka ingatlah konsep
SMART yang merupakan singkatan specific, measurable, achieveable, realistic,
timebound.
Tujuan finansial yang spesifik (specific) artinya
kita harus menetapkan tujuan yang fokus, jelas dan dirumuskan secara tertulis.
Tujuan finansial yang specifik, misalnya begini : “Saya ingin mempunyai
penghasilan pasif per bulan sebesar Rp 5.000.000”. Kita jangan hanya
mengatakan, ”Saya ingin mempunyai penghasilan pasif yang besar” karena
ini adalah tujuan finansial yang terlalu umum dan tidak jelas. Penghasilan
pasif adalah penghasilan yang diperoleh secara terus menerus tanpa keharusan
untuk bekerja mendapatkan uang, karena uang yang dimilikinya telah ”bekerja”
menghasilkan uang untuk pemiliknya.
Target finansial yang terukur (measurable) menyangkut
kriteria keberhasilan dalam mencapainya, baik kuantitatif atau
kualitatif. Tentukan kriteria keberhasilannya misalnya berapa jumlah
penghasilan pasif yang anda inginkan atau berapa lama penghasilan tersebut akan
diwujudkan. Tujuan finansial yang berbunyi, “Saya ingin mempunyai penghasilan
pasif per bulan sebesar Rp 5.000.000” mempunyai kriteria yang jelas karena
menyangkut besaran rupiah. Tujuan tersebut akan semakin mudah mengukurnya kalau
ditambahkan dengan besaran waktu, sehingga kalimatnya menjadi begini,
“Saya ingin mempunyai penghasilan pasif per bulan sebesar Rp 5.000.000
pada saat saya berumur 40 tahun”
Tujuan finansial tersebut dapat dicapai (achieveable)
karena kita mempunyai keyakinan untuk mencapainya. Kita mempunyai keyakinan
dapat mencapai tujuan itu karena ada seseorang yang memiliki kemampuan setara
dengan kita atau bahkan pendidikan dan pengalaman orang tersebut relatif lebih
rendah dari kita telah mampu mencapainya.
Target finansial yang realistis (realistic) artinya
target tersebut bersifat moderat, tidak terlalu sulit tapi juga tidak terlalu
mudah bagi kita. Target yang terlalu sulit mustahil dapat mewujudkannya,
sedangkan target yang terlalu mudah membuat kita tidak termotivasi untuk
memperjuangkannya. Mendapatkan penghasilan pasif sebesar Rp 500.000 pada saat
berumur 40 tahun adalah terlalu mudah, namun kalau ditetapkan sebesar Rp
500.000.000 juga tidak realistis karena terlalu sulit.
Target finansial juga perlu ditetapkan waktunya (timebound).
Tujuan finansial yang berbunyi : “Saya ingin mempunyai penghasilan pasif per
bulan sebesar Rp 5.000.000 pada saat saya berumur 40 tahun” telah memenuhi
persyaratan ini.
Tujuan yang dirumuskan dengan SMART dengan sendirinya akan
menghasilkan sebuah tujuan dengan indikator keberhasilan yang jelas.
Tujuan yang dirumuskan dalam contoh tersebut di atas mempunyai indikator
keberhasilan dalam bentuk besaran uang dan besaran waktu. Artinya, tujuan
tersebut dapat dikatakan tercapai apabila berhasil mendapatkan penghasilan
pasif sebesar Rp 5.000.000 pada saat berumur 40 tahun.
Tujuan di atas merupakan tujuan jangka panjang yang dapat
dipersingkat dalam jangka waktu yang lebih dekat, misalnya 15 tahun, 10 tahun,
atau 5 tahun. Untuk tujuan jangka waktu 5 tahun yang akan datang rumusan
menjadi, ”Saya ingin mempunyai penghasilan pasif per bulan sebesar Rp 1.000.000
dalam waktu 5 tahun”
Selain merumuskan tujuan jangka panjang, perlu dibuat pula
tujuan jangka pendek untuk kurun waktu 1 tahun. Tujuan jangka pendek atau
tujuan tahun depan tersebut dapat dirumuskan, misalnya ”Saya ingin mempunyai
penghasilan pasif per bulan sebesar Rp 500.000 setahun yang akan datang” Untuk
mereka yang memiliki utang, sebaiknya dibuatkan pula rumusan tujuan yang menyangkut
penyelesaian utang-utangnya, misalnya ”Saya ingin mempunyai penghasilan pasif
per bulan sebesar Rp 200.000 dan mengurangi utang sebesar Rp 3.000.000 pada
tahun yang akan datang”
Tujuan yang dirumuskan dengan SMART dengan sendirinya akan
menghasilkan sebuah tujuan dengan indikator keberhasilan yang jelas.
Tujuan yang dirumuskan dalam contoh tersebut di atas mempunyai indikator
keberhasilan dalam bentuk besaran uang dan besaran waktu. Tujuan jangka pendek
dapat dikatakan tercapai apabila berhasil mendapatkan penghasilan pasif per
bulan sebesar Rp 500.000 atau mendapatkan penghasilan pasif per bulan sebesar
Rp 200.000 dan mengurangi utang sebesar Rp 3.000.000 pada tahun yang akan
datang..
Tujuan yang telah dirumuskan dengan SMART dan jelas
indikator keberhasilannya tidak serta merta dapat diwujudkan dengan mudah.
Tujuan tersebut harus disosialisasikan pada relasi dan orang-orang terdekat
atau disosialisasikan pada pihak-pihak yang terkait secara langsung atau tak
langsung dengan upaya pencapaian tujuan. Sosialisasi tersebut diperlukan agar
para pihak tersebut dapat memberikan dukungan atau bantuan guna memperlancar
pencapaian tujuan yang diharapkan.
Menggali Sumber
Pemasukan Uang
Seorang pekerja dan pekerja lepas pada umumnya hanya
mempunyai 1 pos pemasukan, terutama pemasukan dari gaji yang diterima dari
perusahaan atau komisi yang diberikan oleh pengguna jasanya. Pemasukan tersebut
biasanya diperlukan untuk memenuhi sekitar 20 pos pengeluaran, sehingga
kemungkinan tidak semua pos pengeluaran dapat terbayar. Dengan kata lain, rasio
pemasukan dan pengeluaran kita pada umumnya adalah 1 : 20.
Oleh karena itu, kita perlu mempunyai sumber penghasilan
tambahan yang dapat mengubah rasio pemasukan dan pengeluaran, misalnya menjadi
10 : 20. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak
sumber-sumber pemasukan di luar gaji dan komisi dalam bentuk penghasilan
tambahan, terutama penghasilan yang bersifat pasif (passive income).
Penghasilan pasif adalah penghasilan atau pemasukan yang diperoleh secara terus
menerus dan rutin tanpa harus bekerja.
Sumber-sumber penghasilan yang bersifat pasif dapat diperoleh
dari bunga tabungan atau deposito, bunga obligasi, dividen saham, equity
surat berharga, laba penjualan emas simpanan, selisih tukar simpanan valuta
asing dan sebagainya. Penghasilan pasif juga dapat diperoleh dari uang sewa
yang didapat dari barang-barang yang dimiliki, misalnya menyewakan rumah,
kamar, tanah, mobil, peralatan elektronik, peralatan rumah tangga dan
sebagainya.
Sebuah perusahaan menciptakan barang atau jasa untuk
mendapatkan laba, seorang pekerja dan pekerja lepas pun dapat melakukan hal
yang sama. Seorang pekerja dan pekerja lepas dapat menciptakan sebuah barang
atau alat yang mendatangkan penghasilan secara pasif dalam bentuk sewa,
royalti, dan sebagainya. Pendapatan pasif juga dapat diperoleh dari
keuntungan bisnis yang diperoleh dalam kerja sama bisnis dengan seseorang yang
terpercaya, atau keuntungan bisnis yang berasal dari usaha yang dijalankan oleh
teman, sahabat atau keluarga yang terpercaya.
Untuk memperbesar sumber-sumber pemasukan, terlebih dahulu
seorang pekerja dan pekerja lepas harus membiasakan diri untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya sebagai dana tabungan. Dana tabungan diambil sesaat
setelah memperoleh pemasukan dan jangan menunda setelah penghasilan tersebut
digunakan untuk berbagai pengeluaran. Menunda menyisihkan sebagian penghasilan
berarti menghilangkan peluang untuk mendapatkan dana tabungan karena biasanya
tidak akan bersisa. Dana tabungan tersebut disimpan dalam rekening tersendiri
dan jangan disatukan dengan rekening yang digunakan untuk pengeluaran sehari-hari
agar jelas pertumbuhannya.
Jumlah penghasilan yang disisihkan setiap bulan tergantung
tujuan yang akan diwujudkan. Kalau tujuan jangka pendeknya adalah mendapatkan
dana cadangan sebesar 6 juta dalam waktu 1 tahun, maka setiap bulan harus
menyisihkan penghasilan dimuka sebesar Rp 500.000,- selama 12 bulan. Kalau
tujuan jangka panjangnya mendapatkan uang muka sebesar 30 juta untuk membeli
sebuah rumah sewa, maka setiap bulan selama 5 tahun harus menyisihkan
penghasilan sebesar Rp 500.000,-
Sebelum dana tabungan diolah untuk mendapatkan sumber-sumber
pemasukan tambahan, sebaiknya dana tabungan yang terkumpul diperuntukan sebagai
dana cadangan. Jumlah dana cadangan yang dimiliki seorang pekerja dan pekerja
lepas disesuaikan dengan jumlah dana yang dibutuhkan untuk pengeluaran beberapa
bulan, misalnya selama 6 – 12 bulan. Rentang waktu 6 – 12 bulan merupakan
jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan kembali setelah
berhenti dari suatu pekerjaan dan mendapatkan pemasukan kembali.
Seseorang yang mempunyai pengeluaran 1 juta per bulan
hendaknya memiliki dana cadangan sebesar 6 – 12 juta dalam rekening
tabungannya. Dana cadangan tersebut disimpan dalam bentuk kas di bank sehingga
dapat digunakan sewaktu-waktu membutuhkannya. Dana cadangan diperlukan sebagai
proteksi terhadap segala kejadian yang tidak diinginkan, misalnya terhentinya
pemasukan akibat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau tempat kerjanya
mengalami kebangkrutan, menghadapi berkurangnya komisi akibat makin menurunnya
order, dan sebagainya
Komentar
Posting Komentar